Wednesday, February 20, 2013

INTENSIFIKASI PERTANIAN, BIODIVERSITAS TANAH DAN FUNGSI AGRO-EKOSISTEM


Menurut “Hipotesis Intensifikasi‟ yang ada, bahwa meningkatnya intesifikasi pertanian akan mengubah kondisi tanah dari suatu agro- ecosistem, yang menyebabkan hilangnya biodiver- sitas organisme tanah karena menurunnya jumlah dan diversitas masukan organik kedalam rantai makanannya, dan adanya penggunaan bahan kimia serta modifikasi iklim mikro.
Berubahnya biodiversitas dalam tanah mempengaruhi grup fungsional penting, seperti simbion (berperan penting dalam siklus hara), grup penggali tanah (ecosystem   engineer) (berperan penting dalam mempertahankan infiltrasi tanah), dan predator (berperan penting dalam pengendalian hama dan penyakit). Pembuktian hipotesis tersebut jarang sekali dilakukan, dan untuk membuktikannya dibutuhkan pemahaman tentang konsep intensifikasi sistem penggunaan lahan yang mantap.    
Makalah ini berisi informasi hasil penelitian di Sumberjaya (Lampung Barat) yang merupakan salah satu benchmark kegiatan penelitian global dari ASB (Alternatives to Slash and Burn) dan CSM-BGBD (Conservation and Sustainable Management of Belowground Biodiversity). Pada makalah ini dipaparkan pengukuran kuantitatif Index Intensifikasi Peng- gunaan Lahan (ILUS), yang merupakan pe- ngembangan ILUS dari Ruthenberg.
Pada peng-ukuran ILUS ini diperhitungkan pula beberapa aspek penting yang berhubungan dengan peng- gunaan air, keseimbangan hara, penggunaan energi eksternal dan bahan agro-kimia. Nilai ILUS bervariasi mulai dari 0.5 pada hutan sekunder dan padang alang-alang atau rumput-rumputan lainnya, nilai ILUS 1 hingga 3 untuk system agroforest dan system pertanian extensive, dan 3 hingga 20 untuk system kopi monokultur dan system pertanian intensif (hortikultura dan tanaman semusim lainnya). Batasan tersebut bermanfaat untuk meyakinkan masyarakat dan pengambil kebijakan dalam memahami pentingnya konservasi biodiversitas untuk mempertahankan layanan lingkungan.