Menurut “Hipotesis
Intensifikasi‟ yang ada, bahwa meningkatnya intesifikasi pertanian akan
mengubah kondisi tanah dari suatu agro- ecosistem, yang menyebabkan hilangnya
biodiver- sitas organisme tanah karena menurunnya jumlah dan diversitas masukan
organik kedalam rantai makanannya, dan adanya penggunaan bahan kimia serta
modifikasi iklim mikro.
Berubahnya
biodiversitas dalam tanah mempengaruhi grup fungsional penting, seperti simbion
(berperan penting dalam siklus hara), grup penggali tanah (ecosystem engineer)
(berperan penting dalam mempertahankan infiltrasi tanah), dan predator
(berperan penting dalam pengendalian hama dan penyakit). Pembuktian hipotesis
tersebut jarang sekali dilakukan, dan untuk membuktikannya dibutuhkan pemahaman
tentang konsep intensifikasi sistem penggunaan lahan yang mantap.
Makalah ini
berisi informasi hasil penelitian di Sumberjaya (Lampung Barat) yang merupakan
salah satu benchmark kegiatan penelitian global dari ASB (Alternatives to Slash
and Burn) dan CSM-BGBD (Conservation and Sustainable Management of Belowground
Biodiversity). Pada makalah ini dipaparkan pengukuran kuantitatif Index
Intensifikasi Peng- gunaan Lahan (ILUS), yang merupakan pe- ngembangan ILUS
dari Ruthenberg.
Pada peng-ukuran
ILUS ini diperhitungkan pula beberapa aspek penting yang berhubungan dengan
peng- gunaan air, keseimbangan hara, penggunaan energi eksternal dan bahan
agro-kimia. Nilai ILUS bervariasi mulai dari 0.5 pada hutan sekunder dan padang
alang-alang atau rumput-rumputan lainnya, nilai ILUS 1 hingga 3 untuk system
agroforest dan system pertanian extensive, dan 3 hingga 20 untuk system kopi
monokultur dan system pertanian intensif (hortikultura dan tanaman semusim
lainnya). Batasan tersebut bermanfaat untuk meyakinkan masyarakat dan pengambil
kebijakan dalam memahami pentingnya konservasi biodiversitas untuk
mempertahankan layanan lingkungan.